INILAH CONTOH CONTOH PERBUATAN SYIRIK
1.
Tradisi
Penghormatan Atas Bunga-bungaan.
Status
bunga-bungaan ditengah-tengah sebagian besar masyarakat mendapatkan tempat
secara khusus, sehingga dalam hal-hal yang bersifat sakral dan ritual
bunga-bungaan tidak pernah dilupakan. Setiap upacara hajatan seperti siraman
atau mandi-mandi bagi calon pengantin dan upacara tingkepan atau mandi-mandi
bagi wanita yang hamil, memandikan jenazah, hiasan usungan/tandu jenazah,
menaburkan bunga pada saat ziarah di kubur. Bunga juga dijadikan untuk sesajen
seperti meletakkannya dipersimpangan-persimpangan jalan yang dianggap sering
terjadinya kecelakaan. Bunga juga dianggap dapat memberikan perlindungan dari
kecelakaan sebagaimana yang diyakini oleh para banyak kalangan sopir dan
pemilik mobil. Bunga juga dijadikan sarana nazar dengan
menempatkan/menggantungkannya di mimbar-mimbar masjid tempat khatib berkhotbah.
Bunga-bungaan
dijdikan pula sebagai sarana untuk mengobati orang-orang yang sakit yang datang
kedukun, bunga-bungaan juga dijadikan sebagai sarana untuk keperluan
mantera-mantera mencari jodoh sampai menjadi alat untuk menyantet
Jenis- jenis
bunga-bungaan yang berbau harum dianggap mempunyai nilai magis antara lain
bunga kantil (cempaka ),kenanga, melati, mawar juga yang lainnya, sehingga
bunga-bungaan tersebut bernilai tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.
Bunga-bungaan
memang memiliki nilai estitika/keindahan dimata manusia dan dijadikan sebagai
pengharum sehingga dijadikan sebagai hiasan untuk memperindah suasana dan
ruangan, tetapi oleh sebagian kalangan kedudukan bunga mempunyai nilai magis
dan sakral, sehingga dijadikan perantara dan persembahan kepada makhluk halus
berupa jin yang ditakuti.
2.
Tradisi
Memperingati Hari Kematian.
Animisme dan dinamisme kepercayaan
jahiliyah yang dianut nenek moyang masyarakat dinegeri ini sebelum datangnya
Islam, meyakini bahwa bahwa arwah yang telah dicabut dari jasadnya akan
gentayangan disekitar rumah selama tujuh hari (7), kemudian setelahnya akan
meninggalkan tempat tersebut akan kembali pada hari ke EMPAT PULUH HARI, HARI
KESERATUS DAN HARI KESERIBUNYA atau mereka meyakini bahwa arwah akan datang
setiap tanggal dan bulan dimana dia meninggal ia akan kembali ketempat
tersebut, sehingga masyarakat pada saat itu ketakutan akan gangguan arwah
tersebut dan membacakan mantra mantra sesuai keyakinan mereka.
Setelah Islam
mulai masuk dibawa oleh para Ulama yang berdagang ketanah air ini, mereka
memandang bahwa ini adalah suatu kebiasaan yang MENYELISIHI SYARI'AT ISLAM,
lalu mereka berusaha menghapusnya dengan PERLAHAN, dengan cara memasukan BACAAN
BACAAN berupa kalimat kalimat THOYYIBAH sebagai pengganti mantra mantra yang
tidak dibenarkan menurut ajaran Islam dengan harapan supaya mereka bisa berubah
sedikit demi sedikit dan meninggalkan acara tersebut menuju ajaran Islam yang
murni. AKAN TETAPI SEBELUM TUJUAN AKHIR INI TERWUJUD, dan acara pembacaan
kalimat kalimat thoyyibah ini sudah menggantikan bacaan mantra mantra yang
tidak sesuai dengan ajaran Islam, PARA ULAMA YANG BERTUJUAN BAIK INI MENINGGAL
DUNIA, sehingga datanglah generasi selanjutnya yang mereka ini tidak mengetahui
tujuan generasi AWAL yang telah mengadakan acara tersebut dengan maksud untuk
meninggalkan secara perlahan. Jadilah peringatan kematian itu menjadi tahlilan.
3.
Tentang
Penyembelihan Kurban
Penyembelihan kurban untuk orang mati pada hari naasnya (hari
1,7,4,….1000) [terdapat] pada kitab Panca Yadnya hal. 26, Bagawatgita hal. 5
no. 39 yang berbunyi “Tuhan telah menciptakan hewan untuk upacara korban,
upacara kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan dunia.” (Mewedha,
yasinan, tahlilan)
Bertentangan dengan Firman Allah : "Katakanlah:
sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.” (QS.An-Al’aam [6]: 162). Lihat juga 27: 80, dan 35: 22
4.
Tentang Kuade/Kembar
Mayang
Kuade merupakan hasil karya dan sebagai simbol pada manusia atas
kemurahan para Dewa-Dewa. Sedang kembar mayang sebagai penolak balak dan
lambang kemakmuran.
Kita harus yakin atas pertolongan Alloh Subhanahu wa Ta’ala:"Jika
Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika
Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang
dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah
kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ali Imron [3]: 160)
Sesuai perintah Alloh [mengenai] jalan keselamatan:”Barangsiapa
yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu
untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka
sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang
berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab
sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS.Al-Isro’[17]: 15). Periksa juga
39: 55
5.
Tentang Pujian
[yakni
yang dilakukan sesudah adzan untuk menunggu iqomat] Terdapat pada kitab Rig
Weda hal. 10 :”Tunja tunji ya utari stoma indrastya wajrinah nawidhi asia
sustutim” Artinya: ‘Makin tinggilah pujian kami dalam nyanyian kepada Dewa
Indra Yang Perkasa’.
[Hal
ini] bertentangan dengan Firman Alah :
”Dan sebutlah
(nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan
tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’roof[7]: 205). Periksa juga 7: 55, 19: 1,2,3
6.
Tradisi Pesta
Sedekah laut
Pesta laut
banyak diselenggarakan oleh kalangan masyarakat nelayan yang berdomisili di
daerah pesisir/pantai dan biasanya dilakukan setiap setahun sekali dengan
ritual melarungkan atau menghanyutkan sesajen ( sesajian ) yang terdiri dari
berbagai makanan dan hewan yang telah disembelih (kerbau, kambing atau ayam ).
Sesajen yang disiapkan dalam sebuah perahu kecil yang sengaja disiapkan untuk
itu diarak beramai-ramai oleh penduduk ketengah laut dengan menggunakan
perahu/kapal layaknya karnaval perahu /kapal hias, sesampai ditengah laut
sesajen dilarung/dihanyutkan. Namun sebelumnya seorang tokoh kampung terlebih
dahulu membacakan doa-doa secara islami yang bercampur dengan mantera-mantera.
Pesta/sedekah
laut tersebut dimaksudkan untuk memberikan sesembahan kepada makhluk halus/jin
yang mereka sebut sebagai dewa penguasa laut sebagai ucapan rasa syukur dan
terimakasih atas rezeki yang diberikan kepada para nelayan berupa hasil
tangkapan. Selain itu juga dimaksudkan untuk meredam kemarahan penguasa laut
yang dapat membahayakan keselamatan para nelayan selama melaut menangkap ikan.
Memberikan sesajen juga sebagai persembahan kepada penguasa laut agar hasil
tangkapan para nelayan selama setahun kedepan akan meningkat.
Pesta atau
sedekah laut berasal dari kepercayaan pemujaan dewi laut serta dewi perikanan,
dimana pemujaan tersebut agar nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang banyak.,
oleh penduduk pesisir yang terus dilestarikan dari generasi kegenerasi
berikutnya meskipun mereka menganut Islam.
7.
Tradisi Pesta Sedekah Bumi
Masyarakat
yang hidup dengan mata pencaharian sebagai petani selepas dari panen dan
menjelang musim tanam yang baru, menyelenggarakan pesta sedekah bumi dengan
menyelenggarakan keramaian berupa pertunjukan wayang semalam suntuk.
Didalam pesta sedekah bumi tersebut pen duduk
menyiapkan berbagai rupa sesajen.Sesajen tersebut dipersembahkan oleh penduduk
kepada yang mereka sebut sebagai roh halus atau jin penguasa bumi sebagai
bentuk rasa terimakasih karena telah memberikan hasil bumi kepada mereka serta
berharap hasil bumi yang mereka usahakan akan berlipat ganda, selain itu juga
agar penduduk terhindar dari berbagai bentuk bencana.
Selain
sesajen tidak ketinggalan disiapkan pula nasi tumpeng.Dalam pemberian sesajen
tersebut acara juga dilakukan ritual berupa pembacaan doa yang bercampur dengan
mantera-mantera. Pesta sedekah bumi ini juga dimaksudkan untuk meredam
kemarahan para roh halus dan jin penguasa bumi dengan memberikan.
Dalam puncaknya acara ritual sedekah bumi di
akhiri dengan melantunkan doa bersama-sama oleh masyarakat setempat dengan
dipimpin oleh sesepuh adat. Doa dalam sedekah bumi tersebut umumnya dipimpin
oleh sesepuh kampung yang sudah sering dan terbiasa mamimpin jalannya ritual
tersebut. didalam lantunan doa berkolaborasi antara lantunan kalimat
kalimat Jawa dan dipadukan dengan doa yang bernuansa Islami. (katanya....??)
8.
Tradisi Tumbal
Ritual mempersembahkan tumbal atau sesajen
kepada makhuk halus atau jin yang dianggap sebagai penunggu atau penguasa
tempat tertentu . Mereka meyakini makhluk halus tersebut memiliki kemampuan
untuk memberikan kebaikan atau menimpakan malapetaka kepada siapa saja,
sehingga dengan mempersembahkan tumbal atau sesajen mereka berharap dapat
meredam kemarahan makhluk halus itu dan agar segala permohonan mereka dipenuhinya.
Tumbal yang diberikan biasanya dalam bentuk hewan ternak yang sengaja
dikorbankan/disembelih dengan maksud sebagai persembahan kepada makhluk halus
atau jin yang diyakini sebagai penunggu atau penguasa sesuatu tempat.
Pemberian tumbal yang dilakukan antara lain :
·
Tumbal hewan ternak untuk keperluan pembangunan
proyek-proyek besar, seperti jembatan, pelabuhan laut, pelabuhan udara,
gedung-gedung, stadion, menara-menara . Hewan ternak yang dikorbankan sebagai
tumbal dapat berupa kerbau, sapi atau kambing yang disembelih yang kepalanya ditanamkan dalam
lubang pada saat pemancangan tiang utama yang tentunya dilakukan dengan upacara
adat/ritual tertentu. Selanjutnya diadakan selamatan dengan membacakan doa
secara islami dengan suguhan beruapa makanan dengan lauk pauk utamanya dari
daging hewan tumbal.
·
Tumbal untuk kawah gunung berapi. Dimana hewan
yang dijadikan tumbal secara hidup-hidup dilemparkan kedalam kawah bersama-sama
dengan sesajen lainnya berupa makanan dan buah-buahan sertahasil bumi lainnya,
yang tentunya tidak ketinggalan pula nasi tumpeng.
9.
Tradisi
Penghormatan atas Benda-benda Pusaka dan Batu Cincin
Banyak diantara masyarakat yang mengaku sebagai
seorang yang muslim, sangat memberikan penghormatan yang tingi dan malah
memuja-muja benda-benda pusaka peninggalan para leluhurnya maupun peninggalan
raja-raja zaman dahulu baik berupa senjata seperti keris dan tombak, maupun
benda-benda lainnya seperti gamelan, gong, kereta dan bahkan kerbau yang
dianggap turunan dari kerbau dari zaman kerajaan dianggap kramat dan
bertuah.
Pada waktu-waktu tertentu tidak saja
orang-orang dari kraton yang mengadakan upacara membersihkan dan memandikan
benda-benda pusaka kraton, namun perorangan yang memiliki dan menyimpan
benda-benda pusaka seperti keris dan tombak juga mengadakan ritual memandikan
dan membersihkan sebagai bentuk wujud perhatian dan pemeliharaana atas benda
pusaka tersebut.
Masyarakat berkeyakinan apabila benda-benda
pusaka tersebut tidak dimandikan dan dibersihkan rohnya akan menimbulkan
gangguan kepada pemilik dan keluarganya.Selain keyakinan akan benda-benda
pusaka, kebanyakan masyarakat juga memiliki keyakinan bahwa cincin yang
bermatakan batu-batu khusus mempunyai khasiat dan juga memilki ruh yang dapat mendatangkan kebaikan dan manfaat serta juga
dapat mendatangkan kemudharatan, cincin dengan batu permata tertentu diyakini
dapat dijadikan penyembuh berbagai macam penyakit. Karenanya tidaklah
mengherankan mereka mereka yang mempunyai kepercayaan terhadap cincin yang
bermatakan batu tidak sungkan mengeluarkan uang yang besar untuk membelinya.
Tetapi tentunya berbeda dengan batu permata sebagai hiasan yang memang memiliki
nilai harga yang tinggi seperti intan, jamrud, rubby dan yang lain-lainnya
yangh dijual ditoko-toko permata.
10.
Tradisi Siraman/mandi Untuk Calon
Pengantin/Wanita Hamil
Siraman menurut sebutan dalam bahasa
jawanya dan mandi-mandi sebutan dalam bahasa banjar, merupakan upacara mandi
bagi calon mempelai wanita dan pria sebelum dilakukannya hari pernikahan,
dimana masing-masingh calon pengantin dimandikan dengan air bunga-bungaan oleh
para keluarga yang telah berfumur dan menguasai tata cara ritualnya.Upacara
ritual siraman atau mandi-mandi bagi calon pengantin ini dimaksudkan untuk
membersihkan jiwa dan raga dari segala bentuk kekotoran, agar begitu memasuki
perkawinan dalam keadaan suci dan bersih.
Di dalam tradisi suku Banjar upacara
ritual mandi-mandi juga dilakukan terhadap wanita yang tengah hamil dengan usia
kandungan 6 -7 bln. Dikalangan masyarakat Jawa ritual seperti ini disebut
dengan tingkepan. Ritual ini dimaksudkan agar janin yang dikandung mendapatkan
perlindungan dan dapat lahir dengan selamat. Dalam ritual siraman atau
mandi-mandi ini tentunya tidak pernah dilupakan menyiapkan sesajen bagi para
makhluk halus agar sipengantin atau perempuan yang hamil yang menjalani prosesi
mandi-mandi tidak mendapatkan gangguan sehingga selamat sampai melahirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar