Kamis, 05 November 2015




 INILAH CONTOH CONTOH PERBUATAN SYIRIK

1.    Tradisi Penghormatan Atas Bunga-bungaan.

Status bunga-bungaan ditengah-tengah sebagian besar masyarakat mendapatkan tempat secara khusus, sehingga dalam hal-hal yang bersifat sakral dan ritual bunga-bungaan tidak pernah dilupakan. Setiap upacara hajatan seperti siraman atau mandi-mandi bagi calon pengantin dan upacara tingkepan atau mandi-mandi bagi wanita yang hamil, memandikan jenazah, hiasan usungan/tandu jenazah, menaburkan bunga pada saat ziarah di kubur. Bunga juga dijadikan untuk sesajen seperti meletakkannya dipersimpangan-persimpangan jalan yang dianggap sering terjadinya kecelakaan. Bunga juga dianggap dapat memberikan perlindungan dari kecelakaan sebagaimana yang diyakini oleh para banyak kalangan sopir dan pemilik mobil. Bunga juga dijadikan sarana nazar dengan menempatkan/menggantungkannya di mimbar-mimbar masjid tempat khatib berkhotbah.
Bunga-bungaan dijdikan pula sebagai sarana untuk mengobati orang-orang yang sakit yang datang kedukun, bunga-bungaan juga dijadikan sebagai sarana untuk keperluan mantera-mantera mencari jodoh sampai menjadi alat untuk menyantet
Jenis- jenis bunga-bungaan yang berbau harum dianggap mempunyai nilai magis antara lain bunga kantil (cempaka ),kenanga, melati, mawar juga yang lainnya, sehingga bunga-bungaan tersebut bernilai tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.
Bunga-bungaan memang memiliki nilai estitika/keindahan dimata manusia dan dijadikan sebagai pengharum sehingga dijadikan sebagai hiasan untuk memperindah suasana dan ruangan, tetapi oleh sebagian kalangan kedudukan bunga mempunyai nilai magis dan sakral, sehingga dijadikan perantara dan persembahan kepada makhluk halus berupa jin yang ditakuti.

2.    Tradisi Memperingati Hari Kematian.

Animisme dan dinamisme kepercayaan jahiliyah yang dianut nenek moyang masyarakat dinegeri ini sebelum datangnya Islam, meyakini bahwa bahwa arwah yang telah dicabut dari jasadnya akan gentayangan disekitar rumah selama tujuh hari (7), kemudian setelahnya akan meninggalkan tempat tersebut akan kembali pada hari ke EMPAT PULUH HARI, HARI KESERATUS DAN HARI KESERIBUNYA atau mereka meyakini bahwa arwah akan datang setiap tanggal dan bulan dimana dia meninggal ia akan kembali ketempat tersebut, sehingga masyarakat pada saat itu ketakutan akan gangguan arwah tersebut dan membacakan mantra mantra sesuai keyakinan mereka.
Setelah Islam mulai masuk dibawa oleh para Ulama yang berdagang ketanah air ini, mereka memandang bahwa ini adalah suatu kebiasaan yang MENYELISIHI SYARI'AT ISLAM, lalu mereka berusaha menghapusnya dengan PERLAHAN, dengan cara memasukan BACAAN BACAAN berupa kalimat kalimat THOYYIBAH sebagai pengganti mantra mantra yang tidak dibenarkan menurut ajaran Islam dengan harapan supaya mereka bisa berubah sedikit demi sedikit dan meninggalkan acara tersebut menuju ajaran Islam yang murni. AKAN TETAPI SEBELUM TUJUAN AKHIR INI TERWUJUD, dan acara pembacaan kalimat kalimat thoyyibah ini sudah menggantikan bacaan mantra mantra yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, PARA ULAMA YANG BERTUJUAN BAIK INI MENINGGAL DUNIA, sehingga datanglah generasi selanjutnya yang mereka ini tidak mengetahui tujuan generasi AWAL yang telah mengadakan acara tersebut dengan maksud untuk meninggalkan secara perlahan. Jadilah peringatan kematian itu menjadi tahlilan.


3.    Tentang Penyembelihan Kurban

Penyembelihan kurban untuk orang mati pada hari naasnya (hari 1,7,4,….1000) [terdapat] pada kitab Panca Yadnya hal. 26, Bagawatgita hal. 5 no. 39 yang berbunyi “Tuhan telah menciptakan hewan untuk upacara korban, upacara kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan dunia.” (Mewedha, yasinan, tahlilan)
Bertentangan dengan Firman Allah : "Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS.An-Al’aam [6]: 162). Lihat juga 27: 80, dan 35: 22


4.    Tentang Kuade/Kembar Mayang

Kuade merupakan hasil karya dan sebagai simbol pada manusia atas kemurahan para Dewa-Dewa. Sedang kembar mayang sebagai penolak balak dan lambang kemakmuran.
Kita harus yakin atas pertolongan Alloh Subhanahu wa Ta’ala:"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ali Imron [3]: 160)
Sesuai perintah Alloh [mengenai] jalan keselamatan:”Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS.Al-Isro’[17]: 15). Periksa juga 39: 55

5.    Tentang Pujian

[yakni yang dilakukan sesudah adzan untuk menunggu iqomat] Terdapat pada kitab Rig Weda hal. 10 :”Tunja tunji ya utari stoma indrastya wajrinah nawidhi asia sustutim” Artinya: ‘Makin tinggilah pujian kami dalam nyanyian kepada Dewa Indra Yang Perkasa’.
[Hal ini] bertentangan dengan Firman Alah :
”Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’roof[7]: 205). Periksa juga 7: 55, 19: 1,2,3


6.    Tradisi Pesta Sedekah laut
Pesta laut banyak diselenggarakan oleh kalangan masyarakat nelayan yang berdomisili di daerah pesisir/pantai dan biasanya dilakukan setiap setahun sekali dengan ritual melarungkan atau menghanyutkan sesajen ( sesajian ) yang terdiri dari berbagai makanan dan hewan yang telah disembelih (kerbau, kambing atau ayam ). Sesajen yang disiapkan dalam sebuah perahu kecil yang sengaja disiapkan untuk itu diarak beramai-ramai oleh penduduk ketengah laut dengan menggunakan perahu/kapal layaknya karnaval perahu /kapal hias, sesampai ditengah laut sesajen dilarung/dihanyutkan. Namun sebelumnya seorang tokoh kampung terlebih dahulu membacakan doa-doa secara islami yang bercampur dengan mantera-mantera.
Pesta/sedekah laut tersebut dimaksudkan untuk memberikan sesembahan kepada makhluk halus/jin yang mereka sebut sebagai dewa penguasa laut sebagai ucapan rasa syukur dan terimakasih atas rezeki yang diberikan kepada para nelayan berupa hasil tangkapan. Selain itu juga dimaksudkan untuk meredam kemarahan penguasa laut yang dapat membahayakan keselamatan para nelayan selama melaut menangkap ikan. Memberikan sesajen juga sebagai persembahan kepada penguasa laut agar hasil tangkapan para nelayan selama setahun kedepan akan meningkat.
Pesta atau sedekah laut berasal dari kepercayaan pemujaan dewi laut serta dewi perikanan, dimana pemujaan tersebut agar nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang banyak., oleh penduduk pesisir yang terus dilestarikan dari generasi kegenerasi berikutnya meskipun mereka menganut Islam.

7.    Tradisi Pesta Sedekah Bumi
Masyarakat yang hidup dengan mata pencaharian sebagai petani selepas dari panen dan menjelang musim tanam yang baru, menyelenggarakan pesta sedekah bumi dengan menyelenggarakan keramaian berupa pertunjukan wayang semalam suntuk.
 Didalam pesta sedekah bumi tersebut pen duduk menyiapkan berbagai rupa sesajen.Sesajen tersebut dipersembahkan oleh penduduk kepada yang mereka sebut sebagai roh halus atau jin penguasa bumi sebagai bentuk rasa terimakasih karena telah memberikan hasil bumi kepada mereka serta berharap hasil bumi yang mereka usahakan akan berlipat ganda, selain itu juga agar penduduk terhindar dari berbagai bentuk bencana.
Selain sesajen tidak ketinggalan disiapkan pula nasi tumpeng.Dalam pemberian sesajen tersebut acara juga dilakukan ritual berupa pembacaan doa yang bercampur dengan mantera-mantera. Pesta sedekah bumi ini juga dimaksudkan untuk meredam kemarahan para roh halus dan jin penguasa bumi dengan memberikan.
 Dalam puncaknya acara ritual sedekah bumi di akhiri dengan melantunkan doa bersama-sama oleh masyarakat setempat dengan dipimpin oleh sesepuh adat. Doa dalam sedekah bumi tersebut umumnya dipimpin oleh sesepuh kampung yang sudah sering dan terbiasa mamimpin jalannya ritual tersebut. didalam lantunan doa  berkolaborasi antara lantunan kalimat kalimat Jawa dan dipadukan dengan doa yang bernuansa Islami. (katanya....??)
              
8.    Tradisi Tumbal

Ritual mempersembahkan tumbal atau sesajen kepada makhuk halus atau jin yang dianggap sebagai penunggu atau penguasa tempat tertentu . Mereka meyakini makhluk halus tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan kebaikan atau menimpakan malapetaka kepada siapa saja, sehingga dengan mempersembahkan tumbal atau sesajen mereka berharap dapat meredam kemarahan makhluk halus itu dan agar segala permohonan mereka dipenuhinya. Tumbal yang diberikan biasanya dalam bentuk hewan ternak yang sengaja dikorbankan/disembelih dengan maksud sebagai persembahan kepada makhluk halus atau jin yang diyakini sebagai penunggu atau penguasa sesuatu tempat.
Pemberian tumbal yang dilakukan antara lain :
·        Tumbal hewan ternak untuk keperluan pembangunan proyek-proyek besar, seperti jembatan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, gedung-gedung, stadion, menara-menara . Hewan ternak yang dikorbankan sebagai tumbal dapat berupa kerbau, sapi atau kambing yang disembelih yang kepalanya ditanamkan dalam lubang pada saat pemancangan tiang utama yang tentunya dilakukan dengan upacara adat/ritual tertentu. Selanjutnya diadakan selamatan dengan membacakan doa secara islami dengan suguhan beruapa makanan dengan lauk pauk utamanya dari daging hewan tumbal.
·        Tumbal untuk kawah gunung berapi. Dimana hewan yang dijadikan tumbal secara hidup-hidup dilemparkan kedalam kawah bersama-sama dengan sesajen lainnya berupa makanan dan buah-buahan sertahasil bumi lainnya, yang tentunya tidak ketinggalan pula nasi tumpeng.


9.    Tradisi Penghormatan atas Benda-benda Pusaka dan Batu Cincin

Banyak diantara masyarakat yang mengaku sebagai seorang yang muslim, sangat memberikan penghormatan yang tingi dan malah memuja-muja benda-benda pusaka peninggalan para leluhurnya maupun peninggalan raja-raja zaman dahulu baik berupa senjata seperti keris dan tombak, maupun benda-benda lainnya seperti gamelan, gong, kereta dan bahkan kerbau yang dianggap turunan dari kerbau dari zaman kerajaan dianggap kramat dan bertuah. 
Pada waktu-waktu tertentu tidak saja orang-orang dari kraton yang mengadakan upacara membersihkan dan memandikan benda-benda pusaka kraton, namun perorangan yang memiliki dan menyimpan benda-benda pusaka seperti keris dan tombak juga mengadakan ritual memandikan dan membersihkan sebagai bentuk wujud perhatian dan pemeliharaana atas benda pusaka tersebut.
Masyarakat berkeyakinan apabila benda-benda pusaka tersebut tidak dimandikan dan dibersihkan rohnya akan menimbulkan gangguan kepada pemilik dan keluarganya.Selain keyakinan akan benda-benda pusaka, kebanyakan masyarakat juga memiliki keyakinan bahwa cincin yang bermatakan batu-batu khusus mempunyai khasiat dan juga memilki ruh yang dapat mendatangkan kebaikan dan manfaat serta juga dapat mendatangkan kemudharatan, cincin dengan batu permata tertentu diyakini dapat dijadikan penyembuh berbagai macam penyakit. Karenanya tidaklah mengherankan mereka mereka yang mempunyai kepercayaan terhadap cincin yang bermatakan batu tidak sungkan mengeluarkan uang yang besar untuk membelinya. Tetapi tentunya berbeda dengan batu permata sebagai hiasan yang memang memiliki nilai harga yang tinggi seperti intan, jamrud, rubby dan yang lain-lainnya yangh dijual ditoko-toko permata.

10.      Tradisi Siraman/mandi Untuk Calon Pengantin/Wanita Hamil 

Siraman menurut sebutan dalam bahasa jawanya dan mandi-mandi sebutan dalam bahasa banjar, merupakan upacara mandi bagi calon mempelai wanita dan pria sebelum dilakukannya hari pernikahan, dimana masing-masingh calon pengantin dimandikan dengan air bunga-bungaan oleh para keluarga yang telah berfumur dan menguasai tata cara ritualnya.Upacara ritual siraman atau mandi-mandi bagi calon pengantin ini dimaksudkan untuk membersihkan jiwa dan raga dari segala bentuk kekotoran, agar begitu memasuki perkawinan dalam keadaan suci dan bersih.
Di dalam tradisi suku Banjar upacara ritual mandi-mandi juga dilakukan terhadap wanita yang tengah hamil dengan usia kandungan 6 -7 bln. Dikalangan masyarakat Jawa ritual seperti ini disebut dengan tingkepan. Ritual ini dimaksudkan agar janin yang dikandung mendapatkan perlindungan dan dapat lahir dengan selamat. Dalam ritual siraman atau mandi-mandi ini tentunya tidak pernah dilupakan menyiapkan sesajen bagi para makhluk halus agar sipengantin atau perempuan yang hamil yang menjalani prosesi mandi-mandi tidak mendapatkan gangguan sehingga selamat sampai melahirkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar