Sabtu, 12 Desember 2015

Begitu dahsyatnya sebuah senyuman

   Senyum adalah suatu kebahagiaan yang nyata. Dengan kita memberikan senyuman ataupun menerima senyuman pastilah ada sebuah rasa yang menjelma di dalam jiwa, yaitu rasa bahagia bisa berbagi senyuman, walau sebenarnya kita tidak mengetahui apa hakikat senyuman tersebut.

   Secara psikologis, senyum mempunyai banyak bentuk dan mengandung banyak makna, ada senyum jujur, senyum palsu, senyum malu, munafik, gelisah dan lain sebagainya. Senyum juga secara konotatif memiliki warna, ada senyum putih yang menandakan kepalsuan dan senyum hitam yang berarti keputus asaan dan lain sebagainya

   Para peneliti menyimpulkan ada 18 macam senyuman diantara sekian banyak senyuman yang ada, hanya ada satu senyuman yang haqiqi & menyejukkan yaitu senyum kejujuran.

   Senyum ibarat sebuah jalan yang terbuka lebar menuju hati manusia, ia adalah kunci emas setiap gudang, dengannya seseorang akan mampu membuka semua jiwa yang sulit ditundukkan, ia seperti cermin yang mampu memantulkan & menggambarkan sesuatu, ia adalah sihir halal yang bisa menawan hati & menyihir jiwa manusia, ia adalah suatu perbuatan yang diwariskan oleh Rosulullah SAW juga diserukan oleh semua orang bijak & pintar. Karna dengan tersenyum kepada satu dua orang yang kita jumpai pastilah memberikan satu kebahagiaan kepadanya, kemudian bagaimana bila kita memberikan senyuman tersebut kepada banyak orang yang kita jumpai ?! bukankah kita lebih banyak memberikan kebahagiaan bagi mereka semua ? Karna indahnya hidup bukan karna seberapa banyal orang yang kita kenal, namun, seberapa banyak orang yang bahagia mengenal kita . . .
Bukannya dengan senyuman orang akan merasa bahagia mengenal kita ?! dengan itu kita pun akan merasakan indahnya hidup dengan banyak orang yang mengenal kita. Selain itu juga, bukan bahagia terlebih dahulu batu tersenyum, akan tetapi .... tersenyumlah maka kita akan bahagia.

   Jika senyum bisa menciptakan kemenangan, maka berwajah muram akan menciptakan kegagalan. Seperti kisah para pekerja sebuah supermarket di paris, yang menginginkan uang bulanannya dinaikkan akan tetapi pemilik supermarket tersebut tidak menyetuinya sehingga para pekerja marah dan memutuskan tidak memberikan senyuman kepada para pendatang supermarket tersebut dan ternyata setelah evaluasi, dengan sangat mengejutkan sebuah supermarket itu mengalami kerugian drastis kurang lebih 90%. Sungguh seperti inilah dibalik sebuah senyuman.

   Hanya senyum lah sihir yang diperbolehkan di dalam islam, dibolehkan lagi menguntungkan, bahkan dihalalkan. Kenapa kita katakan sebuah sihir, karena dengan senyuman akan mengubah semua keadaan jiwa yang sulit ditaklukkan dengan sekejab, sungguh sangat dahsyat bukan ?!

Semoga bisa diambil manfaatnya .....

Jumat, 11 Desember 2015

Berharganya waktu

   Sebagaimana goresan tinta sebelumnya, sungguh apabila kita menyia-nyiakan waktu akan kita dapati sebuah penyakit yang sangat merugikan yaitu penyakit kelalaian.

   Ketauhilah, "Time is money" begitu juga disebutkan pada pribahasa lain yaitu "Al-waqtu kas-syaif" waktu itu seperti pedang, apabila kita tidak bisa mempergunakan dan mengendalikannya maka waktu lah yang akan mengendalikan kita bahkan waktu tersebut dapat membunuh kita sendiri. Sungguh mengerikan sekali bukan ??
Bisakah kita membayangkannya . . .
Waktu yang mengendalikan kita, seperti budak yang mengabdi kepada tuannya, lalu untuk apa manusia diciptakan dengan adanya sebuah akal apabila tidak bisa mengendalikan semua yang ada pada dirinya ?! Maka dari itu kawan, berharganya waktu bisa kita sadari dengan mengetahui goresan tinta sebagau berikut :

# 1 Detik
   Satu detik bagi seorang tentara yang berada dimedan perang akan sangat mahal harganya, karena nyawa yang menjadi taruhannya. Satu detik saja ia kurang cepat dari musuhnya, maka ia bisa kehilanhan nyawanya.

# 1 Menit
   Satu menit bagi seorang bapak/seorang suami sedang menunggu istrinya yang sedang melahirkan, akan terasa lama, ia akan mondar-mandir, kesana-kemari memikirkan kondisi istrinya yang berada pada 2 pilihan, yaitu hidup dan mati. Sehingga setiap menitpun sangat berharga baginya.

# 1 Jam
   Satu jam bagi seoranh yanh menunggu kekasihnya akan terasa lama, sehingga ia akan gelisah jika kekasihnya benar2 tidak datang, cemas, resah dan khawatir jika sampai tidak dapat bertemu.

# 1 Hari
   Bagi seorang yang miskin, orang2 yang sedang kelaparan rasanya sangat lama, ia akan bertaruh apakah besok masih bisa hidup atau tidak dikarenakan susah nya makan dan memunuhi kebetuhan hidupnya.

# 1 Minggu
   Satu minggu bagi seorang buruh pabrik akan sangat berharga, dari situlah ia menghidupi keluarganya sehingga satu minggu yang ia tunggu2 akan sangat berharga nilainya .

Kelalaian yang membutakan

   Kelalaian adalah membiarkan waktu terus berlalu dalam kekosongan dan menuruti setiap hawa nafsu. Allah ta'ala berfirman :
اقترب للناس حسابهم وهم في غفلة معرضون
"Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)". Qs. Al-Anbiya' : 01

   Pernahkah kita semua dalam kelalian tersebut, saya rasa dari setiap diri kita pernah merasakannya karna sudah pada kenyataannya bahwa ni'mat Allah yg sering diabaikan, disia-siakan oleh manusia adalah ni'mat sehat dan waktu luang, bukan begitu kawan2 semua.?!
Kita sadari adanya ni'mat tersebut disaat kita kehilangan, seperti pada waktu kita sakit, kita akan menyadari bahwa sehat itu lebih baik, lebih indah, mengasikkan karna banyak aktivitas yang bisa kita lakukan dibandingkan ketika kita sakit yang harus berbaring diatas empuknya kasur yang terbentang. Begitu juga ni'mat waktu luang, seperti apabila kita dibebankan dengan sebuah tugas yang disertai dengan pembatasan waktu, tidak segera mengerjakan agar terselesaikan sebelum waktunya akan tetapi selalu saja mengundur-ngundurkan nya sampai pada saatnya habisnya waktu tersebut sehingga kita menyadari "mengapa tidak dari kemaren2 ya ngerjainnya ? udah mepet ini gimana kalo gk selesai" . . .
Bukannya seperti itu kenyataannya kawan2 semua ?!

   Yahya bin Mu'adz berkata : "orang2 yang rugi dan tertipu adalah orang2 yang menghamburkan hari2nya dengan kekosongan (menganggur), mempergunakan anggota badannya dalam perbuatan2 yang mendapatkan kebinasaan dan mati sebelum ia tersadar dari kejahatan2 yang dilakukannya"

   Sungguh, kelalaian adalah sebuah penyakit & bencana yang berbahaya, ia menguasai hati & jiwa, menawan & memperbudak raga manusia.

   Maka dari itu kawan2 semua, apabila kita mempunyai waktu yang luang, pergunakanlah waktu tersebut dengan sebaik-baiknya, agar kita tidak terkena penyakit kelalaian tersebut yang tanpa kita sadari penyakit itu sungguh sangat merugikan.

Dan kelalaian ini akan saya hubungkan dengan goresan tinta selanjutnya mengenai sungguh sangat berharganya waktu . . . Dan nantikanlahh . . . Sungguh sangat merugikan apabila dilewatkan, terimakasiihhh . ...

Warna kehidupan

Menatap biru . . .
Terlihat hampatan kemilau kristal
Bening, begitu jernih menggiurkan
Terlena tak kuasa
Bak dunia yang selalu memukau indah mempeson

Menatap biru . . .
Namun seperti tarian raksasa
Ia meliuk-liuk, melambai-lambai
Melahap dengan ganas
Merambat dengan keras
Ngeriii . . . Tak kuasa, lalu aku beralih

Menatap merah . . .
Indah bergelora nan membara
Menenggelamkan segala asa
Asa ini hilang sudah tak beronak
Namun semesta ini selalu ada amarah
Semburat kilat menampar-nampar
Sebongkah api yang membakar
Tarian petir yang menghampar
Menyayat dengan kasar
Pediihh . . . Nyeriii . . .
Aku takuuut ....
Sunguh amarah yang tak berarah
Kemudian aku berpaling

Menatap hitam . . .
Kelam, akupun terpaku
Seram, tak tersadar oleh apapun itu
Gelap, kemana aku harus melangkah
Tak satupun lambaian tangan kudapatkan
Aku terbenam dalam gemuruh dunia
Gemuruh yanh tiada artinya
Aku lelahh !!!
Tuhaaann . . . .
Aku memanggil Mu ..
Bersujud, tersungkur tak berdaya
Saat dengan sisa tenaga, ingin ku .....

Menatap putih . . .
Putih jernih tak ternoda
kesucian yang tiada tara
kedamaian yang tiada artinya
Oooohh . . . Inilah yang aku dambakan
Sekian lama, inginku rasakan
Seakan tak ingin kuberalih darinya.

Mujahadatun Nafsi (mengendalikan diri)

   Kenapa kita harus mengendalikan diri ? Kenapa diri kita harus dikendalikan ?! Karna setiap sesuatu itu ada batasannya, dan apabila tidak dikendalikan entah akan seperti apa tak terbayangkan hasilnya. Diibaratkan seperti sepeda motor dan pesawat terbang yang tidak tau kemana arah tujuannya.

   Sebelum kita mengendalikan diri, mari kita ketahui terlebih dahulu mengenai macam2 jiwa, yaitu sebagai berikut :
1. Jiwa amaaratun bis su' (jiwa yanh slalu mengajak kepada kejelekan) tempat kejelekan dalam jasad, gudang segala keburukan.
وماأبرئ نفسي إن النفس لأمارةبالسوء إلامارحم ربي إن ربي غفوررحيم
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejelekan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku, sungguh Tuhanku maha pengampun lagi maha penyayang". Qs. Yusuf : 53

2. Jiwa lawwaamah (jiwa yang suka mencela), yaitu jiwa yang mencela pemiliknya dalam arti apabila pemilik jiwa ini melakukan dosa, ia akan mencelanya, ia merasa menyesal karn  melanggar hak Allah.
لااقسم بيوم القيامة # ولا اقسم بالنفس اللوامة
"Aku beraumpah dengan hari kiamat & aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)". Qs. Qiyamah : 1-2
Jiwa lawwaamah disini, jiwa yang selalu takut dengan adanya hari akhir (kiamat), dengan adanya seperti itu pemilik jiwa tersebut akan selalu berada pada jalan Allah, melakukan perintah & menjauhi laranganNya. Karna ia juga menyadari firman Allah yang termaktub dalam ayat selanjutnya yaitu :
ايحسب الإنسان ألن نجمع عظامة
"Apakah manusia mengira bahwa kami (Allah) tidak akan mengumpulkan kembali tulang belulang".

3. Jiwa muthmainnah (jiwa yang tenang), jiwa ini menjadi wadah keimanan & cahaya (gudang kebaikan) dan Allah lebih mencintai pemilik hati ini daripada ka'bah, karena khusyu', tawakkal, yakin, lemah lembut dam selalu berbuat kebaikan.
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoinya, maka masuklah dalam jama'ah hamba2 ku dan masuklah dalam surga ku". Qs. Al-Fajr : 27-30.
Dengan adanya firman Allah diatas menuatakan bahwa pemilik hati muthmainnah sungguh telah dipersilahkan Allah untuk memasuki surgaNya. Subhanallah

   Seelah kita memahami arti & pembagian jiwa, kita harys mengetahui sebab kenapa kita harus mengendalikan diri kita, yaitu karna bisikan setan & hawa nafsu, dan kita harus bisa membedakan antara keduanya, mana yang hawa nafsu & mana yang bisikan setan.
@. Bisikan setan
   Setan menggoda tidak hanya dengan 1 kemaksiatan, akan tetapi dengan berbagai macam kemaksiatan, kemaksiatan satu tidak bisa dan belum juga berhasil maka ia akan berpindah menggunakan kemaksiatan yang lainnya, tidak memperdulikan bentuk kemaksiatannya yang terpenting adalah manusia berhasil ia kelabuhi untuk berbuat maksiat.

@. Dorongan hawa nafsu
   Ia cenderung memaksakan pada satu jenis kemaksiatan, dengan sifat memaksa dan apabila satu kemauan tersebut belum juga terpenuhi ia tidak akan berpindah pada yang lainnya melainkan tetap memaksa kita untuk melakukannya.

   Nahh, sampailah kita pada pembahasan inti yaitu, mujahadatun nafsi.
* Seorang Tabi'in mengatakan : "sesungguhnya sesuatu yang harus anda lawan pertama kali adalah hawa nafsu yang mengelilingi anda. Jika anda menang melawan hawa nafsu anda, maka anda akan mudah mengalahkan yang lain, tetapi jika anda kalah, anda akan lebih mudah kalah dengan yang lain"
* Sedang, Tabi'in yang lain mengatakan : "Tidak ada binatang liar yang lebih membutuhkan tali kekang daripada nafsu diri kita sendiri"
   Pada perkataan diatas mengibaratkan hawa nafsu seperti hewan liar yang membutuhkan tali kekang agar tidak terlepas dalam kendali kita, akan tetapi apabila sebaliknya, maka nasu tersebut akan mengendalikan syahwat, kesana kemari tak berarah dan anehnya kita harus mengikutinya.

Dan ketahuilah, bahwa Allah 'Azza wajalla dihari kiamat akan berkata : "Siapa yang menyembah sesuatu maka berdirilah dibelakangnya"
begitu juga yang tertulis didalam Al-Qur'an :
أرأيت من اتخذ إلهه هواه
"Tidak kamu melihat siapa yang mengambil nafsunya sebagai sesembahan". Qs. Al-Furqan : 43
   Sungguh nafsu yang menahan dirinya, yaitu jiwa yang tertahan. Cobalah sejenak membayangkan seseorang berdiri.pada hari kiamat di elakang hawa nafsunya, sungguh mengerikan bukan ?! Na'udzubillahi min dzaalik.

   Begitu juga mengenai cerita Ibnu Qoyyim al-jauziyah rahimahullah : "ketika Ibnu taimiyyah dipenjara kemudian menangis melihatnya maka beliau berkata : mengapa engkau menangis ?! sungguh, orang yang menjadi tahanan itu yang menahan hatinya dari Tuhannya & orang yang menjadi tawanan itu yang hawa nafsunya menawannya".

   Dan cara memerangi nafsu yaitu sebagaimana wasiat Abdullah bin Umat kepada teman2 nya : "Mulailah dengan nafsu mu, lalu lawan lah, & mulailah dari nafsu mu lalu perangilah".

Hanya kesempurnaan yang diharapkan

   Jangan pernah menuntut akan sebuah kesempurnaan, apabila kita tidak ingin menyempurnakan dari setiap kekurangan yang ada. Sadarilah, bahwa semua yang ada didunia ini tidaklah ada yang sempurna, pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan, karna pada dasarnya Allah menciptakan alam semesta beserya isinya termasuk kita semua para manusia penghuni jagat raya dengan maha kuasa atas keadilanNya, ada senang ada sedih, ada atas ada bawah, ada manis ada pahit, begitu juga dengan adanya kelebihan disitu ada yang namanya kekurangan, karna tidak akan ada kesempurnaan tanpa kita berusaha untuk hidup saling menyempurnakan.

   Setelah kita mengetahui dan menyadari adanya kelebihan dan kekurangan dengan itu kita dapat mengetahui harus seperti apakah menghadapi lika liku kehidupan ini. Bukan mudah mengalahkan ego dalam menginginkan sesuatu, apalagi didalam kesempurnaan suatu keinginan tersebut , hanya dengan menyadari adanya kekurangan lah kita dapat diarahkan tuk mendekati kesempurnaan tersebut.

   Di dunia ini, bukanlah untuk mencari sesuatu yang sempurna, akan tetapi . . . Belajarlah menerima suatu apapun itu dengan cara yang sempurna. Karna dengan kesesuaian tanggapan pada sesuatu yang ada, kita dapat merasakan adanya kesempurnaan yang diharapkan.

   Ketahuilah para pembaca sekalian. . . Karna hanya Allah lah yang maha sempurna diatas segalanya . . .
إن ربكم الله الذي خلق السموت والأرض في ستة أيام ثم استوى على العرش يدبرالأمر مامن شفيع إلامن بعدإذنه ذلكم الله ربكم فاعبدوه أفلاتذكرون .
" sesungguhnya Tuhan kamu ialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian ia bersemayam diatas Arsy untuk mengutus segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izinNya (Dzat) yamg demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran ?

Mendeteksi Penyakit Melalui Iris Mata

" Iris mata dan putih mata tidak hanya menunjukkan kondisi fisik seseorang, tetapi juga keadaan emosional dan spiritualnya "
# Dr. David J. Pesek. Sejarah singkat tentang iridologi #
   Metode iridologi sederhana telah diterapkan dalam dunia pengobatan kuno 3000 tahun lalu di asia tengah. Penggunaan pengetahuan anatomi tubuh manusia dalam iridologi dirintis oleh phillip meiens.
  
   Dr. Phillip meiens dalam bukunya chirometica medica, dresden (1670) menguraikan inter koneksi (adanya hubungan) antara bagian2 iris mata dengan organ2 tubuh seperti jantung, paru2, hati, ginjal, limpa , dan pembuluh darah.
   Kemudian pada tahun 1786 Christian Haertels di gottingen menulis disertai kedokteran untuk mengungkap lebih rinci dan mendalam mengenai tanda2 pada iris, dalam kaitannya dengan anggota tubuh, baru seabad kemudian , iridologi berkembang pesat di eropa timur. Ini ditandai dengan terciptanya diagram iridologi oleh Lgnatz Von Peczeli (1826-1911) yang dibantu dengan rekan dokter dari swedia, Nils Liljequist. Lgnatz sendiri memiliki pengalaman yang membuat dia mendalami ilmu ini. Ceritanya, pada suatu hari ia menemukan seekor burung hantu yang kakinya patah, ia pun merawat burung itu ketika ia mengamati bola mata burung hantu itu ia melihat adanya setrip hitam pada bola mata tersebut. Ketika burung itu kakinya sembuh, setrip hitam tadi lama kelamaan mulai menipis menjadi garis putih, seiring dengan proses penyembuhan burung tersebut.
Iris mata dan fungsinya
   Iris mata hitam merupakan pusat berkumpulnya saraf tubuh manusia. Iris mata manusia dilengkapi dengan berbagai sistem saraf pe.ying antara lain urat saraf, urat darah, tisu2, otot2 mata yang mengendalikan ukuran mata dan lapisan pigmen yang memberi warna pada mata (coklat&biru). Setiap perubahan yang terjadi pada tubuh akan disampaikan ke otak, selanjutnya segala informasi yang direkam di otak akan dikirim ke iris mata hitam. Hal ini disebabkan iris mata berperan sebagai screen visual bagi otak yang mempunyai hubungan dengan semua otgan tubuh manusia, dalam iris terdapat 7 lapisan utama yang merangkum semua fungsi dan organ tubuh manusia. Ketidak seimbangan yang terjadi dalam sistem tubuh manusia dapat diketahui berdasarkan 7 lapisan iris mata tersebut. Ketujuh lapisan iris mata tersebut adalaha sebagai berikut :
1. Lingkaran pertama menggambarkan perut
2. Lingkaran kedua menggambarkan usus
3. Lingkaran ketiga menggambarkan jantung, bronchial, pancreas, arenal, pituitavi dan kantong empedu.
4. Lingkaran keempat menggambarkan prostat, uterus (rahim), skeleton (rangka).
5. Lingkaran kelima menggambarkan otak, paru2, hati, spleen, ginjal, tirooid dll
6. Lingkaran keenam menggambarkan kulit dan saraf sensorik
Kegunaan iridologi
   Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dari iridologi antara lain untuk mengetahui hal2 berikut :
1. Apakah tubuh kita kuat/lemah
2. Bagaimana tubuh kita melawan stres
3. Tingkat kesehatan kita
4. Potensi kesehatan kita
5. Kebutuhan tubuh kita
6. Kebutuhan nutrisi kita
7. Terjadinya penumpukan racun
8. Kekuatan saraf
9. Reaksi tubuh terhafap pengobatan
10. Kekuatan tubuh mengobati diri sendiri
11. Tingkat asam/radang selaput lendir didalam tubuh.
Hal-hal yang tidak bisa di deteksi melalui iridologi
   Sekalipun iridologi diyakini mampu menggambarkan seluruh kondisi sistem organ tubuh manusia, namun ada beberapa hal yang tidak bis dideteksi melalui ilmu ini, hal2 tersebut adalah :
1. Tekanan darah dan terhadap kandung kencing
2. Obat2 yang digunakan oleh pesakit 3 penyakit terdahulu, misalnya pembedahan
3. Makanan yang diambil oleh pesakit
4. Kapan dan bagaimana pendarahan dalam berlaku
5. Racun dan benda asing yang masuk kedalam badan
6. Penyakit dalam paru2 (tetapi dapat diketahui kesehatannya)
7. Penyebab rambut rontok
8. Masalah gigi
9. Keadaan logam berat dalam tubuh manusia
10. Kehamilan dan penyakit kelamin
11. Keperluan pembedahan
12. Tumor dalam organ/pada tisu
13. Kehadiran darah beku, kebocoran saluran darah/pendarahan
15. Kehadiran batu dalam empedu/kandung kemih
   Daripada menunggu hasil tes darah/scan, anda bisa tahu mengenai masalah tubuh anda dengan iridologi sebagai sarana diagnosis ini merupakan sarana diagnosis yang praktis, ekonomis dan cepat.

Selasa, 08 Desember 2015

Rahasia kecerdasan bj habibie


Rahasia Kecerdasan Bapak BJ Habibie
Saya mungkin diantara yang selama ini tidak tahu, bahwa cara BJ Habibie menghabiskan waktunya adalah rahasia terbesar dari kecerdasan beliau yang luar biasa.
Habibie tidak hanya memiliki IQ sangat tinggi (200), melebihi IQ Albert Einstein (160). Beliau tidak sekedar pemikir (penemu “crack theory” pesawat terbang), tapi juga eksekutor yang membidani kelahiran sederet industri strategis Indonesia, seperti IPTN (DI), PAL, PINDAD, INTI, dan lainnya.
Bahkan kecerdasan beliau merambah kebijakan ekonomi. Dengan teori zig-zag, memperkuat Rupiah dari terpuruk hingga Rp17.000,-/USD menjadi menguat hingga Rp7000,-/USD. Hebatnya, terjadi ditengah badai krisis moneter 1998/1999, dalam waktu 1 tahun saja.
Karena waktu yang kita miliki sama banyaknya dengan beliau, 24 jam sehari, maka tentu rahasia waktu ini perlu kita kupas lebih dalam sebagai pencerahan.
Siapa sangka ternyata beginilah Habibie mengalokasikan waktunya (dan silahkan mempersiapkan diri mengikuti):
SHOLAT (2 jam)
YASIN dan TAHLIL (1,5 jam)
BERENANG dan MANDI (2 jam)
MAKAN (3 jam)
TERIMA TAMU (3 jam)
MEMBACA dan MENULIS (7,5 jam)
TIDUR (5 jam)
SHOLAT
~ Selain memberikan ketenangan bathin, saat beliau sujud dan kepala di posisi terendah diantara seluruh anggota badan, dalam posisi memuji Yang Maha Tinggi, darah segar mengalir dari jantung dibantu efek grafitasi menyusuri pembuluh-pembuluh darah terhalus di otak di sekujur kepala beliau. Dalam kerendahan hati hamba yang ikhlas bersujud, Sang Maha Pencipta menyembunyikan satu rahasia untuk hambanya.
YASIN dan TAHLIL
~ Selain memberikan kedekatan dalam penghambaan beliau kepada sang Maha Pencipta Otak beliau itu sendiri, aktivitas ini juga menjadi latihan memperkuat jaringan otak sekaligus berfungsi jadi obat anti pikun bagi beliau. Banyak sekali ide brilian beliau justru muncul di saat tengah khusuk dan tenang membaca Yasin dan Tahlil.
BERENANG dan MANDI
~ Disamping menyegarkan tubuh dan melancarkan sirkulasi darah, momen olahraga renang ini memperkuat stamina, endurance dan menghasilkan energi yang mengalir hebat untuk aktivitas beliau yang padat.
MAKAN
~ Menu sehat memastikan supply energy mencukupi kebutuhan beliau. Diikuti oleh ritual puasa senin-kamis, yang hampir tidak pernah absen, membantu beliau sehat hingga usia yang panjang.
TERIMA TAMU
~ Mengisi kebutuhan emosi dari hubungan antar manusia yang sehat, yang saling menyenangkan dan tentunya memberi inspirasi bagi sahabat-sahabat beliau.
MEMBACA dan MENULIS
~ Kualitas sekaligus produktivitas beliau menggunakan 7,5 jam di waktu menulis dan membaca ini sangat tinggi. Sholat, yasinan, tahlilan yg dilakukan dengan ikhlas serta berenang telah memberikan beliau ketenangan jiwa dan kedalaman berpikir. Ini menjadi sumber ilham atas gagasan-gagasan beliau yang selalu brilian.
Dengan 7.5 jam yang berisi pertimbangan yang bijaksana, pemikiran yang dalam, kejernihan hati, dan ilham serta inspirasi yang terus mengalir, bagaimana terobosan dan prestasi hebat tidak mampu beliau torehkan?
TIDUR
~ Tingginya amal dan aktivitas produktif serta damainya suasana kejiwaan beliau yang dicirikan oleh kuatnya spiritualitas menyebabkan tidur beliau yang hanya 5 jam berlangsung sangat nyenyak dan memberikan kesegaran untuk beraktifitas di keesokan harinya.
Maka, jika kita ingin memperbaiki diri, teladanilah figur yang masih hidup bersama kita saat ini. Teladan Habibie dalam mengelola waktunya setiap hari.
Manfaatnya, secara langsung tentu untuk diri kita dan keluarga.
Tapi imbasnya kepada kemaslahatan bangsa juga pada akhirnya.
Indonesia tentu tengah menunggu lahirnya gelombang semangat Habibie-habibie baru.
Indonesia menunggu kamu.
Ya, kamu-kamu.

Jangan pernah merendahkan orang, semua memiliki kelebihan n kekurangan

🈵 FILSAFAT TIONGHOA

Gunung memiliki ketinggian masing²
Air memiliki kedalaman masing²
Tidaklah perlu saling membandingkan, karena setiap orang juga punya kelebihan masing².

Angin memiliki sifat yg bebas,
Awan memiliki kelembutan Tidaklah perlu kita meniru, setiap orang juga memiliki sifat masing².

🈵 Raihlah apa yg kita anggap bisa membawa kebahagiaan
🈹 Jagalah apa yg kita anggap pantas.
🈚 Hargailah apa yg kita anggap suatu keberuntungan
🈴 Ikuti kata hati, agar tidak ada penyesalan dalam hidup.

1⃣ Manusia punya 1 jalan : 
🌸 Jalanilah jalan sendiri

2⃣ Manusia punya 2 mustika :
🌷 Tubuh sehat
🌷 Suasana hati baik

4⃣ Manusia punya 4 penderitaan hidup :
🌻 tidak melihat kebenaran,
🌻 tidak bisa merelakan,
🌻 tidak mau kalah,
🌻 tidak bersedia melepaskan.

5⃣ Manusia punya 5 kalimat hidup :
🌺 walau susah tetap berusaha,
🌺 walau sudah baik, tetap harus bersahaja,
🌺 walau serba kurang juga harus percaya diri,
🌺 walau berkelebihan juga harus hemat,
🌺 walau kedinginan, hati harus tetap hangat.

* Manusia punya 6 kekayaan hidup :
🍁 tubuh
🍁 pengetahuan
🍁 impian
🍁 keyakinan
🍁 percaya diri
🍁 tekad juang

🌱🌾Saat kita menanam padi, rumput ikut tumbuh, tapi saat kita menanam rumput tidak pernah tumbuh padi.
🌾 Dalam melakukan kebaikan, kadang² hal yg buruk turut menyertai.
🌱 Tapi saat melakukan keburukan, tidak ada kebaikan bersamanya.

💕 Kembangkan terus perbuatan baik dan kebajikan dalam kehidupan kita

Rabu, 18 November 2015

Sejarah Tafsir Al-Quran Pada Periode Tabi'in.



Sejarah Tafsir Al-Quran Pada Periode Tabi'in.

Setelah kepemimpinan khulafatur Rosyidin berakhir, masa pemerintahan kemudian dipegang oleh generasi berikuynya yaitu generasi Tabi’in yang tentunya segala urusan yang terjadi pada masa sahabat berganti alih kepada masa Tabi’in. Begitu juga mengenai hal ilmu-ilmu yang telah berkembang pada masa itu yang tentunya diteruskan oleh para Tabi’in sesuai dengan bidangnya masing-masing. Khususnya juga dalam hal ilmu tafsir yang akan dibahas pada makalah ini. Dalam hal penafsiran yang pada masa ke masa telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan penafsiran pada masa sahabat diterima baik oleh para ulama dari kaum Tabi’in di berbagai daerah kawasan Islam. Dan pada akhirnya mulai muncul kelompok-kelompok ahli tafsir di Makkah, Madinah, dan di daerah lainnya yang merupakan tempat penyebaran agama Islam pada masa Tabi’in. Masa ini terjadi kira-kira dari tahun 100 H/723 M-181 H/812 M yang ditandai dengan wafatnya Tabi’in terakhir, yaitu Khalaf bin Khulaifat (w.181 H), sedangkan generasi Tabi’in berakhir pada tahun 200 H.

Metode penafsiran yang digunakan pada masa ini tidak jauh berbeda dengan masa sahabat, karena para tabi’in mengambil tafsir dari mereka. Dalam periode ini muncul beberapa madrasah untuk kajian ilmu tafsir diantaranya:

1. Madrasah Makkah atau Madrasah Ibnu Abbas. Timbulnya madrasah ini dari Ibnu Abbas sebagai guru diMekah mengajarkan tafsir al-Quran kepada para tabi’in dan menjelaskan hal yang musykil dari makna lafadz al-Quran, kemudian oleh tabi’in menambahkan pemahamannya sendiri kemudian titafsirkan ke generasi berikutnya. Keistimewaan madrasah ini antara lain; (1) dalam hal qira’at, madarasah ini menggunakan qiroat yang berbeda-beda, (2) Metode penafsirannya menggunakan dasar aqliy. Murid-murid beliau diantaranya:

    Mujahid bin Jubair
    Said bin Jubair
    Ikrimah Maula ibnu Abbas
    Towus Al-Yamany, dan
    ‘Atho’ bin Abi Robah.

2. Madrasah Madinah atau Madrasah Ubay bin Ka’ab, yang menghasilkan pakar tafsir seperti

    Zaid bin Aslam
    Abul ‘Aliyah, dan
    Muhammad bin Ka’ab Al-Qurodli. 

kemudian kepada mereka bertiga inilah para Tabi’in yang lain dan Tabi’ut Tabi’in belajar tafsir. Munculnya madrasah ini berawal dari para sahabat yang menetap di Madinah melakukan tadarus berjamaah dalam al-Qurn dan Sunnah diikuti oleh tabi’in yang memfokuskan perhatiaannya kepada Ubay bin Ka’ab yang dinilai masyhur dalam menafsirkan al-Quran kemudian diteruskan ke generasi berikutnya. Keistimewaan madrasah ini antara lain; (1) telah ada sistem penulisan naskah dari Ubay bin Ka’ab lewat Abu Aliyah lewat Rabi’ oleh Abu Ja’far Ar Roziy dan juga Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim dan Al Hakim banyak meriwayatkan tafsir dari Ubay lewat Abu ‘Aliyah. (2) Telah berkembang ta’wil terhadap ayat-ayat al-Quran, sebagaimana diucapkan oleh Ibnu ‘Aun tentang penta’wilan Muhammad bin Ka’ab Al-Quradliy. (3) Penafsiran birro’yi telah digunakan. Terbukti Tokoh Zaid bin Aslam membolehkan penafsiran bir ro’yi namun bukan seperti madzhab bidiy pada period mutaakhiriin.

3. Madrasah Iraq atau Madrasah Ibnu Mas’ud, diantara murid-muridnya yang terkenal adalah

    Al-Qomah bin Qois
    Hasan Al-Basry, dan
    Qotadah bin Di’amah As-Sadusy.

Meskipun di sana ada guru tafsir dari Sahabat-sahabat yang lain, Ibn Mas’ud lah yang dianggap sebagai guru tafsir pertama di Iraq dan di Kuffah. Madrasah ini timbul ketika Khalifah Umar menunjuk Ammar bin Jasin sebagai gubernur di Kufah, Ibnu Mas’ud saat itu ditunjuk sebagai guru atau mubaligh yang dalam penafsiran al-Qur’an banyak diikuti oleh tabi’in Iraq disamping kemasyhuran beliau juga karena tafsirnya banyak dinulkilkan kepada generasi selanjutnya. Madrasah ini juga memiliki keistimewaan dianaranya; (1) Semaikin banyak ahli ra’yi. (2) banyak masalah khilafiyah dalam penafsiran al-Quran diakibatkan warna ro’yi tersebut. (3) Timbullah metode istid-lal sebagai kelanjutan dari adanya khilafiyah penafsiran al-Qur’an.

Tafsir yang disepakati oleh para tabiin bisa menjadi hujjah, sebaliknya bila terjadi perbedaan diantara mereka maka satu pendapat tidak bisa dijadikan dalil atas pendapat yang lainnya.

Ibnu Taimiyah berkata, “Syu’bah bin Hajjaj & lainnya berpendapat : “Pendapat para tabi’in itu bukan hujjah.” Maksudnya, pendapat-pendapat itu tidak menjadi hujjah bagi orang lain yang tidak sependapat dengan mereka. Inilah pendapat yang benar. Namun jika mereka sepakat atas sesuatu, maka tidak diragukan lagi bahwa kesepakatan itu merupakan hujjah.”

Dalam mempelajari Al-Qur’an dan memahami maksud yang terkandung di dalam ayat-ayatnya serta tafsirnya, para Tabi’in berlandaskan pada ayat Al-Qur’an, hadits-hadits yang diriwayatkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan tafsir yang diberikan oleh para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam serta cerita-cerita dari para ahli kitab yang bersumber dari isi kitab mereka. Di samping itu mereka berijtihad atau menggunakan pertimbangan naluri, baik bersandaran pada kaidah-kaidah bahasa Arab maupun ilmu-ilmu pengetahuan lain sebagaimana yang telah dianugerahkan oleh Allah Subhanhu Wa Ta'ala.

Secara umum kitab-kitab tafsir menginformasikan bahwa pendapat-pendapat Tabi’in tentang tafsir yang mereka hasilkan melalui penalaran dan ijtihad yang independen. Artinya, penafsiran mereka ini sedikitpun tidak berasal dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam atau dari Sahabat. Pada pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa tafsir yang dinukil dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para Sahabat tidak mencakup semua ayat Al-Qur’an. Mereka hanya menafsirkan bagian-bagian yang sulit dipahami bagi orang-orang yang semasa dengan mereka. Kemudian kesulitan ini semakin meningkat secara bertahap disaat manusia bertambah jauh dari masa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan Sahabat. Maka para Tabi’in yang menekuni bidang tafsir perlu untuk menyempurnakan sebagian kekurangan itu. Hal ini juga terjadi pada masa-masa selanjutnya. Untuk menyempurnakan penafsiran sebelumnya mereka mengandalkan pada pengetahuan mereka dengan cara dalam bahasa Arab maupun cara bertutur kata, dan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa turunnya Al-Qur’an yang mereka pandang belum valid.

Dengan demikian, sumber-sumber penafsiran pada zaman Tabi’in meliputi 5 sumber, yaitu :

    Al-Qur’an
    Hadits-hadits Nabi Muhammad saw
    Tafsir dari para Sahabat
    Cerita-cerita dari para ahli kitab
    Ra’yu dan ijtihad

Dilihat dari sumber-sumbernya tersebut tafsir pada masa Tabi’in umumnya berbentuk al-matsur, seperti halnya pada masa Sahabat. Jika dilihat dari sudut cara penafsiran secara umum tafsitan mereka menggunakan metode ijmali. Metode ini agak lebih luas jika dibandingkan dengan tafsir pada masa Sahabat yang menggunakan metode tahlili. Sehingga pada masa ini mulai ada perbedaan antara penafsiran masa Sahabat dan masa Tabi’in yang kemudian diikuti dengan adanya tafsir bil ra’yi.



Rabu, 11 November 2015

Pengertian Terjemah dan Pembagian



1.      Pengertian Terjemah
Kata terjemah dapat digunakan pada dua arti:
a.       Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa kedalam lafaz-lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.
b.      Terjemah tafsiriyah atau terjemah maknawiyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.
Terjemah harfiyah dengan pengertian sebagaimana diatas tidak mungkin dapat dicapai dengan baik jika konteks bahasa asli dan cakupan semua maknanya tetap dipertahankan.  Sebab karakteristik setiap bahasa berbeda satu dengan yang lain dalam hal tertib bagian-bagian kalimatnya.
Selain itu, bahasa arab mengandung rahasia-rahasia bahasa yang tidak mungkin dapat diganti oleh ungkapan lain dalam bahasa non arab. Karena lafaz-lafaz dalam terjemahan itu tidak akan sama maknanya dalam segala aspek, apalagi dalam susunannya.
2.      Hukum Terjemah Harfiyah
Atas dasar pertimbangan di atas maka tak seorangpun ragu tentang haramnya menerjemahkan Qur’an dengan terjemah harfiyah. Karena tidak seorang manusia berpendapat, kalimat-kalimat Qur’an jika diterjemahkan, dinamakan kalamullah. Sebab Allah tidak berfirman kecuali dengan Qur’an yang kit abaca dengan bahasa arab, dan kemukjizatan hanya khusus bagi Qur’an yang diturunkan dalam bahasa arab.kemudian yang dipandang sebagai ibadah dalam membacanya ialah Qur’an berbahasa arab yang jelas.
3.      Terjemah Maknawiyah
Qur’an al-Karim mempunyai makna-makna asli (pokok, utama) dan makna-makna sanawi (sekunder). Makna asli ialah makna yang difahami secara sama oleh setiap orang yang mengetahui pengertian lafaz secara mufrad (berdiri sendiri) dan mengetahui pula segi-segi susunannya secara global. Sedangkan makna sanawi adalah karakteristik susunan kalimat yang menyebabkan suatu perkataan berkualitas tinggi.
Makna asli sebagian ayat terkadang sejalan dengan prosa dan puisi dalam arab tetapi kesejalanan ini tidak menyentuh, Karena kemukjizatan al-Qur’an terletak pada keindahan susunan dan penjelasannya yang sangat mempesona, yaitu dengan makna sanawi.
4.      Hukum Terjemah Maknawiyah
Menerjemahkan makna-makna sanawi Qur-an bukanlah hal mudah. Sebab tidak terdapat satu bahasa pun yang sesuai dengan bahasa arab dalam petunjuk lafaz-lafaznya terhadap makna-makna yang oleh ahli ilmu bayan dinamakan khawassut-tarkib (karakteristik-karakteristik susunan).
Adapun makna-makna asli, dapat dipindahkan kedalam bahasa lain. Dalam al-muwaffaqat, syatibi menjelaskan, menerjemahkan Qur’an dengan memperhatikan makna asli adalah mungkin. Dari segi inilah dibenarkan  menafsirkan Qur’an dan menjelaskan makna-maknanya pada kalangan awam serta mereka yang tidak mempunyai pemahaman kuat untuk mengetahui makna-maknanya. Cara demikian diperbolehkan berdasarkan konsensus ulama islam. Dan konsensus ini menjadi hujjah bagi dibenarkannya penerjemahan makna asli Qur’an.
Namun demikian, terjemahan makna-makan asli itu tidak terlepas dari kerusakan karena satu lafaz dalam Qur’an terkadang mempunyai dua makna atau lebih.
Pendapat yang dipilih syatibi dianggapnya sebagai hujjah tentang kebolehan menerjemahkan makan asli Qur’an tidaklah mutlak. Sebab sebagian ulama membatasi kebolehan penerjemahan seperti itu dengan kadar darurat dalam menyampaikan dakwah. Yaitu yang berkenaan dengan tauhid dan rukun-rukun ibadah, tidak lebih dari itu.
  1. Terjemah Tafsiriyah
Dapat dikatakan apabila para ulama islam melakukan penafsiran Qur’an dengan cara mendatangkan makna yang dekat, mudah dan kuat, kemudian penafsiran ini diterjemahkan dengan penuh kejujuran dan kecermatan, maka cara demikian dinamakan terjemah tafsir Qur’an atau terjemah tafsiriyah, dalam arti mensyarahi (mengomentari) perkataan dan menjelaskan maknanyadengan bahasa lain.usaha seperti ini tidak ada halangannya karena Allah mengutus Muhammad menyampaikan risalah islam kepada seluruh umat manusia, dengan segala bangsa dan ras yang berbeda-beda. Nabi menjelaskan:
setiap nabi diutus kepada kaumnya secara khusus, sedang aku diutus kepada manusia seluruhnya.”[1]
Qur’an yang turun dalam bahasa arab dan disampaikan kepada umat arab merupakan keharusan. Akan tetapi umat-umat lain yang tidak pandai bahasa arab atau tidak mengerti sama sekali, penyampaian dakwah kepada mereka bergantung pada penerjemahan kedalam bahasa mereka. Padahal kita telah mengetahui, kemustahilan terjemah harfiyah dan keharamannya. Juga kemustahilan terjemah makna sanawi, sulitnya terjemah makna asli dan bahaya yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu jalan satu-satunya yang dapat ditempuh ialah menerjemahkan tafsir Qur’an yang mengandung asas-asas dakwah dengan cara yang sesuai dengan nas-nas Kitab dan sunnah, kedalam bahasa setiap suku bangsa. Maka dengan cara ini sampailah dakwah kepada mereka dan tegaklah hujjah.
Berkenaan dengan terjemah tafsiriyah ini perlu ditegaskan bahwa ia adalah terjemahan bagi pemahaman pribadi yang terbatas. Ia tidak mengandung semua aspek pentakwilan yang dapat diterapkan pada makna-makna Qur’an, tetapi hanya mengandung sebagian takwil yang dapat dipahami penafsir tersebut. Dengan cara inilah akidah islam dan dasr-dasar syariatnya diterjemahkan sebagaimana dipahamkan dari Qur’an. Al-Hafiz Ibn Hajar menjelaskan, “barang siapa masuk agama islam atau ingin masuk islam lalu dibacakan Qur’an kepadanya tetapi ia tidak memahaminya, maka tidak ada halangan bila Qur’an diterangkan kepadanya untuk memperkenalkan hukum-hukumnya atau agar tegaklah hujjah baginya, sebab hal itu dapat menyebabkan masuk islam.”

Pengertian Tafsīr, Ta’wīl dan Terjemah

Pengertian Tafsīr, Ta’wīl dan Terjemah

1. Pengertian Tafsir
a) Menurut Etimologi (Bahasa)
Tafsir menurut bahasa (etimologi) adalah menjelaskan (al-īdhah), menerangkan (al-tibyān), menampakan (al-izhār), menyibak (al-kasyf) dan merinci (al-tafsīl) . Kata tafsir mengikuti wazan “taf’īl” dari kata al-fasr yang berarti al-bayān dan al-kasyf . Dalam lisan arab disebutkan bahwa kata merarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedangkan kata “al-tafsīr” berarti menyingkap maksud suatu lafad yang muskil. Sebagaimana firman Allah SWT:

ولا يأتونك بمثل الا جئناك بالحق واحسن تفسيرا
“Tidaklah mereka datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik tafsirnya”.
Sebagian ulama’ yang berpendapat bahwa kata tafsir aadalah kata kerja yang terbalik, yakni berasal dari kata “safara” yang juga memiliki makna menyingkap (al-kasyf) seperti contoh سفرت المرأة سفورا artinya perempuan itu menyingkap/membuka cadarnya.
Menurut Al-Raghib, kata “al-fasr” dan “al-safr” adalah dua kata yang berdekatan makna dan lafadnya. Tetapi kata digunakan untuk (menunjukan arti) menampakan (mendzahirkan) makna yang absrtak. Sedangkan kata digunakan untuk menampakan benda kepada penglihatan mata .
Ada juga yang mengemukakan bahwa kata tafsir berasal dari “tafsirah”| yakni urine yang dipergunakan untuk menunjukn adanya penyakit. Dan para dokter menrlitinya berdasarkan urine untuk menunjujakan adanya penyakit bagi seseorang . Maka kita dihadapkan pada dua hal, yaitu tafsirah, materi yang diamati dokter untuk menyingkap suatu penyakit. Dan tindakan pengamatan itu sendiri dari ihak dokter. Ini berarti tafsir adalah menemukan penyakit, menuntut adanya materi (objek) dan pengamatan (subjek)

b) Menurut Terminologi (Istilah)
Menurut Abu Hayan tafsir adalah
علم يبحث عن كيفية النطق بألفاظ القرأن ومدلولاتها واحكامها الافرادية والتركيبية ومعانها التى تحمل عليها حالة التركب وتتمات لذلك

ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafazh-lafazh al-Qur’an, indicator-indikatornya, masalah hukum baik yang independen maupun yang berkaitan dengan yang lain serta tentang makna-maknanya yang berkaitan dengan kondisi struktur lafazh yang melengkapinya.
Menurut Al-Zakarsyi,
التفسير : علم يفهم به كتاب الله المنزل على نبيه محمد صلى الله عليه وسلم وبيان معانيه واستخراج احكامه وحكمه
“Tafsir adalah ilmu untuk memahami kitab allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menerangkan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmah-hikmahnya”. .
Pengertian tafsir menurut istilah banyak pendapat yang mengungkapkannya, namun prinsipnya sama yakni saling melengkapi, sehingga dapat disimpulkan menjadi 2, yaitu :
a. Tafsir dalam Arti Sempit
Menerangkan lafazh-lafal ayat dan I’robnya serta menerangkan segi-segi sastera susunan al-Qur’an dan isyarat-isyarat ilmiyahnya. Pengertian tafsir semacam ini lebih banyak merupakan penerapan kaidah-kaidah bahasa saja, daripada penafsiran dan penjelasan kehendak Allah dan petunjuk-Nya.

b. Tafsir dalam Arti Luas
Menjelaskan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan ajaran-ajaran hukum serta hikmah Allah didalam mensyari’atkan hokum-hukum kepada umat manusia dengan cara yang menarik hati, membuka jiwa, dan mendorong orang untuk mengikuti petunjuk-Nya.
Jadi, dapat dipahami bahwa tafsir pada dasarnya adalah rangkaian penjelasan dari pembicaraan (teks al-Qur’an) atau penjelasan lebih lanjut tentang ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan oleh seorang mufassir.
2. Pengertian Ta’wil
a) Menurut Etimologi (Bahasa)
Kata ta’wīl berasal dari kata al-awl, yang berarti kembali (ar-rujǔ’) aatau dari kata al-ma’ǎl yang artinya tempat kembali (al-mashīr) dan al-aqībah yang berarti kesudahan. Ada yang menduga bahwa kata ini berasal dari kata al-iyǎlah yang berarti mengatur (al-siyasah)

b) Menurut Terminologi (Istilah)
Dari pengertian ta’wil secara bahasa tersebut, maka menuru istilah ta’wil memiliki dua makna/ pengertian, yaitu :
1. Ta’wil kalam dengan arti suatu makna yang menjadi tempat kenbali perkataan pembicara atau suatu makna yang kepadanya suatu kalam dikembalikan. Kalam itu biasanya kembali pada makna aslinya yang merupakan esensi yang dimaksud. Hal ini ada dua macam yakni: insya’ dan ikhbar. Insya’ adalah amr.
a. Ta’wil Al-Amr, penakwilan pada perbuatan yang diperintahkan, misalnya hadis yang diriwayatkan dari aisyah berkata: Rasulallah ketika ruku’ dan sujud mengucapakan : سبحانك اللهم وبحد ك اللهم اغفر لى beliu rasulallah SAW mena’wilkan al-Qur’an, yakni :
فسبح بحمد ربك واستغفره إنه كان توابا
b. Ta’wil Al-Ikhbar, pena’wilan pada esensi berita yang benar-benar terjadi misalnya firmaan Allah SWT :

وَلَقَدْ جِئْنَاهُم بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُون( )هل ينظرون إلا تأويله يوم يأتي تأويله يقول الذين نسوه من قبل قد جاءت رسل ربنا بالحق فهل لنا من شفعاء فيشفعوا لنا أو نرد فنعمل غير الذي كنا نعمل قد خسروا أنفسهم وضل عنهم ما كانوا يفترون

2. Ta’wil kalam pada penafsirannya dan menjelaskan maknanya. Pengertian inilah yang yang dimaksud ibnu jarir dalam tafsirnya.
Muhammda Husayn Al-Dzahabi mengemukkan, menurut pandangan salaf ta’wil memiliki dua pengertian juga, yaitu :
1. Takwil adalah menjelaskan suru pembicaraan (teks) atau menerangkan maknya tanpa mempersoalakan apakah penjelasan dan keterangan itu sesuai dengan yang tersurat atu tidak.
2. Talwil adalah subtansi yang dimaksud dari sebuah pembicaraan itu sendiri (nafs al-mufrad bi al-kalǎm). Kalau pembicaarn itu berupa tuntutan, maka ta’wilnya adalah perbuatan yang dituntut oleh ta’wil itu sendiri. Jika pembicaraan itu berupa berita, maka ta’wilnya suntansi dari sesuatu yang diinformasikan.
Jika penjelasan tersebut diamaati dengan seksama, makna pertama dan kedua sangan berbeda. Makna yang pertama memandang ta’wil identik dengan benar dengan tafsir, sehingga dengan demikian makna ta’wil berwujud pada pemahaman yang bersifat dzimmi (penalaran) selain lafal (teks). Sedangkan makna tafsir yang kedua semata-mata hakikay sesuatu yang terdapat dibalik (diluar) sesuatu itu sendiri.
Sedangkan menurut ulama’ khalaf (komtemporer) yang didukung oleh ulama’ fuqaha (akli hukum islam), mutakallimin (para teolog) dan ahli hadits mengartikan bahwa ta’wil sebagai pengalihan lafadz diri makna yang kuat (rǎjih) kepada ma’na yang lain yang dikuatkan atau dianggap kuat (marjǔh) karena ada dalil yang mendukung. Misalnya kata yadun dala firman Allah:
يد الله فوق ايديهم
“Tangan Allah di atas tangan mereka”
Makna yang kuat dari kata yadun adalah tangan, sedangkan makna yang dikuatkan (marjǔh) nya adalah kekuasaan.
3. Pengertian Terjemah
a) Menurut Etimologi (Bahasa)
Kata terjemah berasal dari bahasa arab, “tarjama” yang berarti menafsirkan dan menerangkan dengan bahasa yang lain (fassara wa syaraha bi lisǎnin ǎkhar), kemudian kemasukan ta’ marbutah menjadi al-tarjamatun yang artinya pemindahan/penyalinan dari suatu bahasa ke bahasa lain (naql min lighatin ilǎ ukhra)

b) Menurut Terminologi (Istilah)
Kata terjemah dapat dibagi menjadi pada dua bagian :
1. Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafadz-lafadz dari satu bahasa ke lafadz-lafadz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.
2. Terjemah maknawiyah atau terjemah tafsiriyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat denga tertib kata-kata bahasa asal atau tanpa memperkatikan susunan kalimatnya

4. Persamaan dan Perbedaan Tafsir, Ta’wil dan Terjemah
a. Persamaan dan Perbedaan diantara Ketiganya.
Dari beberapa penjelasan yang telah penulis paparkan tentang definisi Tafsir, Ta’wil dan Terjemah dapat diketahui bahwa antara ketiganya ada persamaan dan juga ada perbedaan .
1) Persamaan Tafsir, Ta’wil dan Terjemah
a) Ketiganya menerangkan makna ayat-ayat al-Qur’an
b) Ketiganya sebagai sarana untuk memahami al-Qur’an
2) Perbedaan Tafsir, Ta’wil dan Terjemah
a) Tafsir : menjelaskan makna ayat yang kadang-kadang dengan panjang lebar, lengkap dengan penjelasan hokum-hukum dan hikmah yang dapat diambil dari ayat itu dan seringkali disertai dengan kesimpulan kandungan ayat-ayat tersebut
b) Ta’wil : mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan rǎjih kepada arti lain yang samar dan marjuh.
c) Terjemah : hanya mengubah kata-kata dari bahasa arab kedalam bahasa lain tanpa memberikan penjelasan arti kiandungan secara panjang lebar dan tidak menyimpulkan dari isi kandungannya.
b. Pesamaan dan Perbedaan antara Tafsir dan Ta’wil
Ada beberapa pendapat ulama’ tentang persamaan dan perbedaan antara tafsir dan ta’wil, diantaranya:
1) Menurut Abu Ubaidah, tafsir dan ta’wil memiliki satu arti kerena keduanya merupakan sinonim sehingga yang satu dan lainnya digunakan untuk pengertian yang sama. Ada kitab tafsir yang menggunakan kata ta’wil untuk maksud tafsir dan sebaliknya. Misalnya, kitab jami’ al-bayǎn fī ta’wīl al-Qur’an karya al-Thabari dan kitab muhasin al-ta’wil karya Muhammad Jalal al-Din al-Qasimi
2) Menurut Abu Nashr Al-Qusyairi, tafsir hanya terbatas pada ayat-ayat al-Qur’an yang lebih mengandalakan pada penglihatan dan pendengaran. Sedangkan ta’wil pemahamannya lebih banyak bergantung pada hal-hal yang bersifat ijtihad. Dengan kata lain, tafsir lebih banyak mengacu pada riwayat (pendengaran atau periwayatan), adapun ta’wil lebih banyak pada dirãyah (analisis) .
3) Abu Thalib al-Taghlabi mengemukakan bahwa kalau tafsir adalah menerangkan objek lafadz (redaksi teks), sedangkan ta’wil adalah menjelaskan subtansi teks (bathin al-lafzh).
4) Menurut Al-Raghib, tafsir lebih umum daripada ta’wil. Istilah tafsir lebih banyak digunakan dalam konteks lafazh dan mufradǎt. Sedangkan ta’wil lebih banyak digunakan untuk persoalan makna (isi) dari rangkaian teks secara keseluruhan (mujmal)
C. Pengertian Metodologi Tafsir
Dari beberapa pengertian tentang metodologi dan sistematika, kemudian tentang apa itu tafsir, ta’wil dan terjemah serta persamaan dan perbedaannya, maka sekarang penulis akan menjelaskan tentang pengertian metodologi tafsir.
Sebagaimana yang telah penulis kemukakan diatas bahwa metodologi itu berasal dari bahasa yunani yaitu methodos dan logos. methodos dikenal dengan metode yang diartikan cara. Sedangkan logos adalah ilmu pengetahuan. Maka metodologi adalah adalah ilmu tentang metode atau uraian tentang cara-cara dan langkah-langkah yang tepat (untuk menganalisa sesuatu). Sedangkan tafsir adalah rangkaian penjelasan dari pembicaraan (teks al-Qur’an) atau penjelasan lebih lanjut tentang ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan oleh seorang mufassir.
Metodologi tafsir adalah ilmu tentang metode untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksud oleh Allah SWT dalam ayat-ayat al-Qur’an. Sedangkan metode tafsir itu sendiri adalah seperangkat cara atau aturan yang harus ditaati ketika menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.
Berdasarkan makna tersebut, maka data dibedakan antara metode tafsir dan metodologi tafsir. Kalau metode tafsir merupakan cara-cara penafsiran al-Qur’an, sementara metodologi tafsir adalah ilmu tentang cara penafsiran itu. Pembahasan yang bersifat teoritis dan ilmiah tentang metode disebut analisis metodologis. Jika penbahasan itu nerkaitan eraat dengan cara penerapan metode itu terhadap ayat-ayat al-Qur’an disebut pembahasan metodik. Cara penyajian aatau formulasi tafsir disebut teknik atau seni penafsiran .
Jadi, metode tafsir merupakan aturan atau kaidah yang digunakan dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an sedangkan tekniknya ialah cara yang dipakai ketika menerapkan kaidah yang tertuang dalam metode, senentara metodologi tafsir adalah pembahasan ilmiah atau ilmu tentang metode-metode penafsiran al-Qur’an.
BAB III
KESIMPULAN

Dari beberapa uraian di atas, penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang sangat penting yang berkaitan dengan pengertian metodologi tafsir. Antara lain:

1. Kata Metodologi berasal dari bahasa yunani yaitu methodos dan logos. methodos dikenal dengan metode yang diartikan cara atau jalan. Sedangkan logos adalah ilmu pengetahuan. Jadi, metodologi adalah adalah ilmu tentang metode atau uraian tentang cara-cara dan langkah-langkah yang tepat (untuk menganalisa sesuatu).

2. Kata tafsir para ulama’ berbeda pendapat ada yang mengatakah bahwa kata tafsir berasal dari kata fasara, ada juga pendapat kata tafsir berasal dari kata safara. Bahkan ada yang berpendapat bahwa kata tafsir berasal dari kata tafsirah.

3. Tafsir pada dasarnya adalah rangkaian beberapa penjelasan dari pembicaraan (teks al-Qur’an) atau penjelasan lebih lanjut tentang ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan oleh seorang mufassir.

4. Tafsir, ta’wil dan terjemah ketiganya mempunyai persamaan dan juga mempunyai perbedaan. Persamaannya adalah ketiganya merupakan sarana untuk memahami al-Qur’an. Sedangkan perbedaannya sangat banyak yang menjelaskannya.

5. Metodologi tafsir sangat penting sekali untuk diketahui terutama bagi para mufassir, kerena bila seseoarang menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an tanpa menerapkan metode, maka penafsirannya akan keliru. Tafsir yang tidak menggunakan metode seperti inilah yang disebut tafsir bi al-ra’yi al-mahdh (tafsir yang berdasarkan pemikiran semata) dan penafsiran seperti inilah yang dilarang oleh Nabi Muhammad SAW.