Jumat, 11 Desember 2015

Mujahadatun Nafsi (mengendalikan diri)

   Kenapa kita harus mengendalikan diri ? Kenapa diri kita harus dikendalikan ?! Karna setiap sesuatu itu ada batasannya, dan apabila tidak dikendalikan entah akan seperti apa tak terbayangkan hasilnya. Diibaratkan seperti sepeda motor dan pesawat terbang yang tidak tau kemana arah tujuannya.

   Sebelum kita mengendalikan diri, mari kita ketahui terlebih dahulu mengenai macam2 jiwa, yaitu sebagai berikut :
1. Jiwa amaaratun bis su' (jiwa yanh slalu mengajak kepada kejelekan) tempat kejelekan dalam jasad, gudang segala keburukan.
وماأبرئ نفسي إن النفس لأمارةبالسوء إلامارحم ربي إن ربي غفوررحيم
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejelekan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku, sungguh Tuhanku maha pengampun lagi maha penyayang". Qs. Yusuf : 53

2. Jiwa lawwaamah (jiwa yang suka mencela), yaitu jiwa yang mencela pemiliknya dalam arti apabila pemilik jiwa ini melakukan dosa, ia akan mencelanya, ia merasa menyesal karn  melanggar hak Allah.
لااقسم بيوم القيامة # ولا اقسم بالنفس اللوامة
"Aku beraumpah dengan hari kiamat & aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)". Qs. Qiyamah : 1-2
Jiwa lawwaamah disini, jiwa yang selalu takut dengan adanya hari akhir (kiamat), dengan adanya seperti itu pemilik jiwa tersebut akan selalu berada pada jalan Allah, melakukan perintah & menjauhi laranganNya. Karna ia juga menyadari firman Allah yang termaktub dalam ayat selanjutnya yaitu :
ايحسب الإنسان ألن نجمع عظامة
"Apakah manusia mengira bahwa kami (Allah) tidak akan mengumpulkan kembali tulang belulang".

3. Jiwa muthmainnah (jiwa yang tenang), jiwa ini menjadi wadah keimanan & cahaya (gudang kebaikan) dan Allah lebih mencintai pemilik hati ini daripada ka'bah, karena khusyu', tawakkal, yakin, lemah lembut dam selalu berbuat kebaikan.
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoinya, maka masuklah dalam jama'ah hamba2 ku dan masuklah dalam surga ku". Qs. Al-Fajr : 27-30.
Dengan adanya firman Allah diatas menuatakan bahwa pemilik hati muthmainnah sungguh telah dipersilahkan Allah untuk memasuki surgaNya. Subhanallah

   Seelah kita memahami arti & pembagian jiwa, kita harys mengetahui sebab kenapa kita harus mengendalikan diri kita, yaitu karna bisikan setan & hawa nafsu, dan kita harus bisa membedakan antara keduanya, mana yang hawa nafsu & mana yang bisikan setan.
@. Bisikan setan
   Setan menggoda tidak hanya dengan 1 kemaksiatan, akan tetapi dengan berbagai macam kemaksiatan, kemaksiatan satu tidak bisa dan belum juga berhasil maka ia akan berpindah menggunakan kemaksiatan yang lainnya, tidak memperdulikan bentuk kemaksiatannya yang terpenting adalah manusia berhasil ia kelabuhi untuk berbuat maksiat.

@. Dorongan hawa nafsu
   Ia cenderung memaksakan pada satu jenis kemaksiatan, dengan sifat memaksa dan apabila satu kemauan tersebut belum juga terpenuhi ia tidak akan berpindah pada yang lainnya melainkan tetap memaksa kita untuk melakukannya.

   Nahh, sampailah kita pada pembahasan inti yaitu, mujahadatun nafsi.
* Seorang Tabi'in mengatakan : "sesungguhnya sesuatu yang harus anda lawan pertama kali adalah hawa nafsu yang mengelilingi anda. Jika anda menang melawan hawa nafsu anda, maka anda akan mudah mengalahkan yang lain, tetapi jika anda kalah, anda akan lebih mudah kalah dengan yang lain"
* Sedang, Tabi'in yang lain mengatakan : "Tidak ada binatang liar yang lebih membutuhkan tali kekang daripada nafsu diri kita sendiri"
   Pada perkataan diatas mengibaratkan hawa nafsu seperti hewan liar yang membutuhkan tali kekang agar tidak terlepas dalam kendali kita, akan tetapi apabila sebaliknya, maka nasu tersebut akan mengendalikan syahwat, kesana kemari tak berarah dan anehnya kita harus mengikutinya.

Dan ketahuilah, bahwa Allah 'Azza wajalla dihari kiamat akan berkata : "Siapa yang menyembah sesuatu maka berdirilah dibelakangnya"
begitu juga yang tertulis didalam Al-Qur'an :
أرأيت من اتخذ إلهه هواه
"Tidak kamu melihat siapa yang mengambil nafsunya sebagai sesembahan". Qs. Al-Furqan : 43
   Sungguh nafsu yang menahan dirinya, yaitu jiwa yang tertahan. Cobalah sejenak membayangkan seseorang berdiri.pada hari kiamat di elakang hawa nafsunya, sungguh mengerikan bukan ?! Na'udzubillahi min dzaalik.

   Begitu juga mengenai cerita Ibnu Qoyyim al-jauziyah rahimahullah : "ketika Ibnu taimiyyah dipenjara kemudian menangis melihatnya maka beliau berkata : mengapa engkau menangis ?! sungguh, orang yang menjadi tahanan itu yang menahan hatinya dari Tuhannya & orang yang menjadi tawanan itu yang hawa nafsunya menawannya".

   Dan cara memerangi nafsu yaitu sebagaimana wasiat Abdullah bin Umat kepada teman2 nya : "Mulailah dengan nafsu mu, lalu lawan lah, & mulailah dari nafsu mu lalu perangilah".

1 komentar: